BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Meningkatnya suhu global
diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan seperti naiknya permukaan air
laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,serta perubahan
jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah
terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis
hewan.
Beberapa hal yang masih diragukan
para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi
pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi
tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini
masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada,
tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih
lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada.
Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan
meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah
kaca.
Kesadaran
masyarakat akan bahayanya pemanasan global masih sangat rendah. Mereka masih
sangat belum sadar akan apa yang telah dilakukan dalam kehidupan mereka. Mereka
tidak akan mempertimbangkan dahulu apa yang mereka lakukan itu baik atau tidak.
Oleh sebab itu perlu pemahaman khusus akan dampak dari pemanasan global bagi
masyarakat serta lingkungan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud pemanasan global?
2.
Apa
penyebab terjadinya pemanasan global dan dampak pemanasan global bagi alam,
sosial dan budaya?
3.
Bagaimana
cara mengendalikan pemanasan global?
4.
Bagaimana
upaya mengurangi dampak pemanasan global?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian pemanasan global.
2.
Untuk
mengetahui penyebab terjadinya pemanasan global dan dampaknya.
3.
Untuk
mengetahui cara mengendalikan pemanasan global.
4.
Untuk
mengetahui upaya mengurangi dampak pemanasan global?
D. Manfaat Penulisan
Dengan
adanya penulisan ini, kami dapat lebih mengenal luas tentang keadaan alam ini
akibat adanya pemanasan global. Selain itu, penulisan ini mendorong kami untuk
lebih berfikir aktif secara luas dan positif. Serta menjadi motivasi sebagai
penerus bangsa supaya tetap menjaga keutuhan alam tercinta, yaitu planet bumi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pemanasan Global
Menurut
para ahli, pemanasan global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer,
laut dan daratan bumi yang disebabkan oleh beberapa faktor. Kemungkinan besar
disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktifitas
manusia melalui efek rumah kaca. Pemanasan global akan diikuti dengan perubahan
iklim, seperti meningkatnya curah hujan dibeberapa belahan dunia sehingga
menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan, di belahan bumi lain akan mengalami
musim kering yang berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu. (dalam Hidayat,
2013)
Pemanasan
global (Inggris: global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu
rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan
Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun
terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa,
"sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad
ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah
kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar
ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk
semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat
beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan
IPCC tersebut. (dalam Oyz, 2013)
Model iklim yang dijadikan acuan
oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga
6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.Perbedaan angka
perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai
emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas
iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode
hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus
berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca
telah stabil.Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
B.
Penyebab Pemanasan Global
Menurut Wikipedia,
2013 penyebab pemanasan global adalah:
1.
Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di bumi berasal dari Matahari.
Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk
cahaya tampak. Ketika energi ini tiba di permukaan bumi, ia berubah dari cahaya
menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi, akan menyerap sebagian
panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi
infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas teteap
terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara
lain: uap air, karbon dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi
ini.
Gas-gas ini menyerap dan mementulkan kembali radiasi gelombang yang
dipancurkan bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi.
Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkansuhu rata-rata tahunan
bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah
kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin
banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
2.
Efek Umpan Balik
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek
penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali
radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan.
Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar
matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek
pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan
tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian
awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim,
antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara
batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk
model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke-4).
Umpan balik
penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.
Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan
kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut,
daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki
kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan
akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi matahari. Hal ini akan menambah
pemanasaan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu
siklus yang berkelanjutan.
3.
Variasi Matahari
Terdapat
hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari matahari, dengan kemungkinaan diperkuat
oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini.
Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah
meningkatnya aktivias matahari akan memanaskan stratosfer. Pendinginan
stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak
akan terjadi bila aktivitas matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat
ini. (penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut
tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.
Fenomena
variasi matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah
memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek
pendingin sejak tahun 1950.
C.
Dampak Pemanasan Global
Dampak
pemanasan global menurut Oyz, 2013 adalah:
1. Dampak Pemanasan Global Terhadap Alam
a.
Ikllim
Mulai Tidak Stabil
Para
ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan
bumi utara (northern hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di
bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan
sedikit es yang akan terapung di perairan Utara tersebut.
Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak
akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang
ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam
akan lebih panjang di beberapa aera. Suhu dimusim dingin dan malam hari akan
cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan lebih lembap karena lebih banyak air yang
menguap dari lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan tersebut
malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini
disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan
meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih
banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan
cahaya matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses
pemanasan.
Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara
rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenhait pemanasan. Badai
akan menjadi lebih sering. Selain itu air akan lebih cepat menguap dari tanah.
Akibatnya, beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin
akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane)
yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar.
Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin
mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih exstrem.
b.
Peningkataan
Permukaan Laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan
lingkungan yang stabil secara geologi. Ketika atmosfer menghangat, lapisan
permukaan laut juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan
menaikkan tinggi permukaan laut.
Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar
Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di
seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan
para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi)
pada abad ke-21.
Perubahan tinggi permukaan laut akan sangat memengaruhi kehidupan
di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen
daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh dan banyak pulau-pulau. Erosi
dari tebing, pantai dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan
mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan.
Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi
daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan
evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi
ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari
rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi
tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini
akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
c.
Suhu
Global Cenderung Meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa bumi yang hangat akan menghasilkan
lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebelumnya, tetapi hal ini
sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai
contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan
lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di
beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh.
Daerah
pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat
menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai
reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman
pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih
hebat.
d.
Gangguan
Ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari
efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam
pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas
pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru
karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi pembangunan manusia
akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke Utara atau
selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan
mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju
kutub mungkin juga akan musnah.
2.
Dampak Sosial dan Budaya
a.
Perubahan
Cuaca dan Lautan
Perubahan cuaca
dan lautan dapat berupa peningkatan temperatur secara global (panas) yang
daapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas
dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabakan gagal panen
sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrim dan
peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat
menyebabkan penyakit dengan bencana alam (banjir, badai, dan kebakaran) dan
kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan
perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian, dimana sering muncul
penyakit diare, malnutrisi, difisiensi mikronutrein, trauma psikologis,
penyakit kulit dan lain-lain.
b.
Pergeseran
Ekosistem
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit
melalui air. Seperti meningkatnya kejadian demam berdarah karena munculnya
ruang (ekosistem) baru untuk berkembang biak. Dengan adanya perubahan iklim
ini, maka munculah spesies vektor penyakit (eq. Aedes Agipty). Virus, bakteri,
plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang targetnya adalah
organisme tersebut.
Selain itu bisa diprediksi bahwa ada beberapa spesies yang akan
punah karena perubahan ekosistem. Gradasi lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran
limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan
vektor-vektor diseases. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas
pabrik yang tidak terkontrol, akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit
saluran pernapasan, seperti asma, alergi, penyakit jantung dan paru kronis.
D.
Cara Pengendalian Pemanasan Global
Pramudita
dkk (2006:3) mengatakan, ”pemanasan global dapat diberhentikan dengan
mengurangi penggunaan kayu bakar, batubara, minyak dan gas alam”. Sedangkan
para ilmuwan menyarankan agar lebih banyak menggunakan energi dari sinar
matahari, angin air pasang, nuklir, dan sumber-sumber lain yang tidak
memerlukan bahan bakar. Sumber-sumber energi tanpa bahan bakar tadi hanya
sedikit atau bahkan sama sekali tidak melepaskan gas-gas rumah kaca ke udara.
Kerusakan yang
parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan
dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya,
pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah kedaerah yang lebih
tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan
dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah
yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara
perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang
lebih dingin. (Oyz, 2013)
Dalam
Wikipedia, 2013 ada tiga pendekatan utama untuk memperlambat semakin
bertambahnya gas rumah kaca yaitu:
1.
Membatasi
Emisi CO2
Teknik yang efektif untuk membatasi emisi karbon ada dua yakni
mengganti energi minyak dengan sumber energi lainnya yang tidak mengemisikan
karbon dan yang kedua penggunaan energi minyak sehemat mungkin.
2.
Menghilangkan
karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara adalah
dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi terutama yang
muda dan cepat pertumbuhannya. Menyerap karbon dioksida yang sangat banyak,
memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh
dunia, tingkat perambatan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan.
Dibanyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah
kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk digunakan yang lain, seperti untuk
lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini
adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semaking
bertambahnya gas rumah kaca.
Gas
karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan
menyuntikan gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi
keluar dari peut bumi (permukaan). Injeksi juga dapat dilakukan untuk
mengisolasi gas ini dibawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara
atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran
lapas pantai Norwegia, dimana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama
gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat
kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah
pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat
pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi
sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada
pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di
dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini
sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang
dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila
dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun
demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi
pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial
karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, tetapi tidak melepas
karbon dioksida sama sekali,
3.
Mengurangi
produksi gas rumah kaca
E.
Upaya Mengurangi Dampak Pemanasan Global
1.
Makanan
dan Minuman
Kurangi
konsumsi daging, bervegetarian adalah yang terbaik. Berdasarkan penelitian,
untuk menghasilkan 1 kg daging, sumberdaya yang dihabiskan setara dengan 15 kg
gandum. Bayangkan bagaimana kita bisa menyelamatkan bumi dari kekurangan pangan
jika kita bervegetarian. Peternakan juga menyumbang 18% “jejak karbon” dunia,
yang mana lebih besar dari sektor transportasi (mobil, motor, pesawat, dll).
Belum ditambah lagi dengan bahaya gas-gas rumah kaca tambahan yang dihsilkan
oleh aktifitas peternakan lainnya seperti metana yang notabene 3 kali lebih
berbahaya dari CO dan gas NO yang 300 kali lebih berbahaya dari CO. Dan yang
pasti banyak manfaat kesehatan dan spiritual dari bervegetarian. Anda akan
menjadi lebih sehat dan pengasih.
2.
Makan
dan Masaklah dari bahan yang masih segar
Menghindari
makanan yang sudah diolah atau dikemas akan menurunkan energi yang terbuang
akibat proses dan trasportasi yang berulang-ulang. Makanan segar juga lebih
sehat bagi tubuh kita.
3.
Beli
produk lokal
Hasil
pertanian lokal sangat murah dan juga sangat menghemat energi, terutama jika
kita menghitung energi dan biaya transportasinya. Makanan organik lebih ramah lingkungan,
tetapi periksa juga asalnya. Jika diimpor dari daerah lain, kemungkinan emisi
karbon yang dihasilkan akan lebih besar daripada manfaatnya.
4.
Daur
ulang alumunium, plastik dan kertas
Hidayat,
(2013) mengatakan bahwa akan lebih baik lagi jika bisa menggunakannya
berulang-ulang. Energi untuk membuat satu kaleng alumunium setara dengan energi
untuk menyalakan TV selama tiga jam.
5.
Matikan
oven beberapa menit sebelum waktunya
Jika
tetap dibiarkan tertutup, maka panas tersebut tidak akan hilang.
6.
Hindari
fast food
Hidayat,
(2013) mengatakan “Fast food merupakan penghasil sampah terbesar di dunia.
Selain itu konsumsi fast food juga buruk untuk kesehatan.”
7.
Bawa
tas yang bisa dipakai ulang
Bawalah sendiri tas belanja, dengan demikian akan mengurangi jumlah
tas plastik atau kresek yang diperlukan. Belakangan ini beberapa pusat
perbelanjaan besar di Indonesia sudah mulai mengedukasi pelanggannya untuk
menggunakan sistem seperti ini.
8.
Tanmalah
Pohon di Pekarangan rumah
Anda memiliki rumah dengan pekarangan yang tidak digunakan?
Manfaatkanlah pekarangan tersebut untuk menanam berbagai macam tanaman. Anda
tak harus menanam pohon jati atau mahoni, anda bisa menanam tanaman hias atau
tanaman lain yang memiliki daun hijau serta memiliki potensi untuk bisa
menghasilkan oksigen. Bayangkan jika semua masyarakat melakukan hal yang serupa
maka kebutuhan akan oksigen akan sedikit demi sedikit terpenuhi. (dalam
wikipedia, 2013)
9.
Melakukan
Reboisasi (penanaman kembali hutan gundul)
Banyak tindakan yang telah dilakukan manusia seperti merusak hutan
hanya untuk mencari keuntungan sesaat. Tanpa disadari hutan yang fungsinya
sangatlah fital bagi manusia setiap harinya terus dirusak oleh sebagian manusia
yang tidak bertanggung jawab. Solusinya adalah dengan menegaskan perundangan
tentang perhutanan dan melakukan Reboisasi terhadap hutan yang sudah gundul.
Selain aksi dari penebangan hutan secara liar hutan gundul juga bisa disebabkan
karena kebakaran dan tanah longsor. Selain bisa mencegah terjadinya Global
Warming hutan juga bisa mencegah terjadinya banjir, tanah longsor dan akan
menjadikan suhu menjadi sejuk dan segar.
10.
Menggunakan
lampu hemat energi
lampu
hemat energi sangat beragam jenisnya, ada lampu energi dengan bentuk XL seperti
Philip. Akhir-akhir ini muncul lagi lampu hemat energi terbarukan yang
pembuatannya berasal dari gabungan lampu LED (Light Emiting Diode). Lampu hemat
energi sejenis LED akan mampu menghemat energi bahkan lebih dari 60% sehingga
kebutuhan energi dalam negeri akan bisa tercukupi. Selain itu penggunaan energi
yang berlebihan juga akan menimbulkan terjadinya pemanasan global. Sekarang
kita bayangkan, di Indonesia masih banyak pembangkit listrik tenaga batubara.
Jika kita menggunakan energi secara boros tentu saja pembakaran batubara akan
semakin banyak, namun jika kita bisa berhemat maka pembakaran batubara bisa di
hemat pula. Pembakaran batubara ternyata juga menyumbangkan gas penyebab Global
warming yang sangat besar. (Dalam Setyawan, 2013)
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Pemanasan
global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan
daratan bumi. Penyebab terbesar pemanasan global adalah efek gas-gas rumah kaca
akibat aktifitas manusia melalui efek rumah kaca.
2.
Penyebab
terjadinya pemanasan global yaitu: efek rumah kaca, efek umpan balik, dan
variasi matahari. Sedangkan dampak pemanasan global ada tiga, yaitu: dampak
pemanasan global terhadap alam, sosial dan budaya.
3.
Pemanasan
global hanya dapat dikendalikan dengan cara mengatasi efek yang ditimbulkan dengan
melakukan langkah-langkah pencegahan, diantaranya: membatasi emisi
karbondioksida, menghilangkan karbon, dan mengurangi produksi gas rumah kaca.
4.
Upaya
untuk mengurangi dampak pemanasan global diantaranya adalah mengurangi konsumsi
daging, menghindari makanan yang
sudah dikemas, mematikan oven beberapa menit sebelum waktunya, hindari fast
food, dll.
B.
Saran
Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan
utama umat manusia. Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia
sendiri dan dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Untuk mengatasi pemanasan
global diperlukan usaha yang sangat keras, karena hampir mustahil untuk
diselesaikan saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi, namun berbagai
cara bisa dilakukan untuk mengurangi bahaya pemanasan global seperti menanam
kembali pohon di hutan-hutan (reboisasi). Oleh karena itu, kita harus bergotong
royong untuk menyelamatkan bumi yang telah memberikan kita kehidupan yang
sempurna ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Endang. 2013. “Pemanasan Global”.
http://siijolumut.blogspot.com/2013/03/makalah-global-warming-pemanasan-global.html?=1
diakses pada 4 Desember 2013 pukul 16.30
Pramudita, Intari Dyah dan Budi Prawoto. 2006. Bersahabat dengan
Cuaca. Yogyakarta: Empat Pilar Pendidikan.
Setyawan, Dedi. 2013. “Pengertian dan Cara Mengatasi Global Warming
(Pemanasan Global) http://pengertian-dan-cara-mengatasi-global-warming
(pemanasan-global)-MIUNG.COM.htm diakses pada
21 Desember 2013 pukul 13.17
Wikipedia. 2013. “Pemanasan Global“. http://id.m.wikipedia.org/wiki/pemanasan_global
diakses pada 4 Desember 2013 pukul 16.30
0 komentar:
Posting Komentar