BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setalah
berakhirnya periode klasik Islam, ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran,
Eropa bengkit dari keterbelakangan. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam
bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam
dan bagian dunia lainnya. Tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang
mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa
dipisahkan dari pemerintahan Islam di spanyol. Pada periode klasik, ketika
Islam mencapai masa keemasannya. Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang
sangat penting, menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa
kristen banyak belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam disana. Islam menjadi
guru bagi orang Eropa. Karena itu, kehadiran islam di Spanyol banyak menarik
perhatian para sejarawan.
Oleh
sebab itu, kami akan membahas dalam makalah ini tentang kemajuan peradaban
Islam pada masa dinassti Umayyah II dan belajar dari Islam Andalusia.
B.
Rumussan Masalah
Dari uraian
latar belakang di atas, maka selanjutnya penulisannya mengemukakan rumusan
masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana
sejarah berdirinya islam di Spanyol?
2.
Bagaimana Masa
Pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol?
3.
Bagaimana
perkembangan Islam di Spanyol?
C.
Tujuan
Berdasrkan
rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan pada penulisan makalah ini
adalah :
1.
Untuk
mengetahui sejarah berdirinya Islam di Spanyol.
2.
Untuk
mengetahui Masa Pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol.
3.
Untuk
mengetahui perkembangan islam di Spanyol.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Berdiri
Berkuasa tahun 756-1031 M di Spanyol (Andalusia dan Kordoba).
Didirikan oleh Abdurrahman Ibn Marwan. Sebelumnya, Spanyol sudah ditaklukkan
oleh tiga pahlawan Islam yaitu Tharif bin Malik, Tharig bin Ziyad, dan Musa bin
Nushair. Spanyol dan kota-kota penting lainnya jatuh ketangan umat islam. Sejak
saat itu, secara politik, Spanyol berada di bawah kekuasaan khalifah Bani
Umayyah.
Abdurrahman Ibn Marwan menginjakkan kakinya di Andalusia setelah
lolos dari upaya pembunuhan atas dirinya ketika terjadi revolusi Abbasiyah
sekitar tahun 750 M. Ia dijuluki al-Dakhil, karena ia merupakan pangeran
Bani Umayyah pertama yang memasuki wilayah itu. Ia menyingkirkan Yusuf Ibn Abd
al-Rahman al-Fihri, Gubernur Andalusia yang tunduk di bawah kekuasaan
Abbasiyah, pada tahun 756 M.[1] Setelah
itu, ia mengalahkan raja Roderick dan Ratu Julian.[2]
Dan al-Dakhil berhasil meletakkan sandi besar yang kokoh bagi tegaknya Daulah
Bani Umayyah II di Andalusia. Selama 32 tahun masa kekuasaannya ia mampu
mengatasi berbagai ancaman dari dalam negeri maupun serangan musuh dari luar.
Karena ketangguhannya itu ia dijuluki Rajawali Quraisy. [3]
B.
Masa Pemerintahan Bani Umayyah Spanyol
Diantara khalifah-khalifah Umayyah II
yang terkemuka diantaranya:
1.
Abdurrahman ad
Dakhil (755-788 M)
2.
Al Hakam bin Hisyam
(796-821 M)
3.
Abdurrahman ibnul
Hakam (821-852 M)
4.
Muhammad bin Abdurrahman (852-886 M)
5.
Abdullah bin
Muhammad (889-912 M)
6.
Abdurrahman bin
Muhammad (912-961 M)
Al Dâkhil
berhasil meletakan sendi dasar yang kokoh bagi tegaknya Daulah bani Umayyah II
di Spanyol. Pusat kekuasan Umayyah di Spanyol dipusatkan di Cordova sebagai ibu
kotanya. Al Dâkhil berkuasa selama 32 tahun, dan selama masa kekuasaannya ia
berhasil mengatasi berbagai masalah dan ancaman, baik pemberontakan dari dalam
maupun serangan musuh dari luar. Ketangguhan al Dâkhil sangat disegani dan
ditakuti, karenanya ia dijuliki sebagai Rajawali Quraisy. Pada masa
didirikannya dinasti Umayyah II ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh
kemajuan-kemajuan baik dibidang politik maupun bidang peradaban. Abd al-Rahman
al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar
Spanyol.
Hisyam
dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai
tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai
penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai pada periode ini,
terutama di zaman Abdurrahman al-Ausath. Bani Umayyah II mencapai puncak
kejayaannya pada masa al Nashir dan kekuasaannya masih tetap dapat
dipertahankan hingga masa kepemimpinan Hakam II al Muntashir (350-366/961-976).
Pada periode
ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan
daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd al-Rahman al-Nasir mendirikan universitas
Cordova.
Akhirnya
pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan
khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil
yang berpusat di kota-kota tertentu.
Kekuasaan
Umayyah mulai menurun setelah al Muntashiru wafat. Ia digantikan oleh putera
mahkota Hisyam II yang beru berusia 10 tahun. Hisyam II dinobatkan menjadi
khalifah dengan gelar al Mu’ayyad. Muhammad ibn Abi Abi Amir al Qahthani
yang merupakan hakim Agung pada masa al Muntashir berhasil mengambil alih
seluruh kekuasaan dan menempatkan khalifah dibawah pengaruhnya. ia memaklumkan
dirinya sebagai al Malik al Manshur Billah (366-393/976-1003) dan ia terkenal
dalam sejarah dengan sebutan Hajib al Manshur.
Kekuasaan
Hakim Agung al Manshur diteruskan oleh Abd al Malik ibn Muhammad yang bergelar
al Malik al Mudhaffar (393-399/1003-1009). Pada masa selanjutnya al Mudhaffar
digantikan oleh Abd al rahman ibn Muhammad yang bergelar al Malik al Nashir li
Dinillah (399/1009) dan sejak saat itu kestabilan politik Umayyah mulai merosot
dengan terjadinya berbegai kemelut di dalam negeri yang akhirnya meruntuhkan
dinasti Umayyah.
Keruntuhan
Bani Umyyah diawali dengan pemecatan al Mu’ayyad sebagai khalifah oleh sejumlah
pemuka-pemuka Bani Umayyah. Kemudia para pemuka tersebut bersedia mengangkat al
Nashir sebagai khalifah. Akan tetapi pada kenyataanya dengan turunnya al
Mu’ayyad perebutan kursi khilafah menjadi tidak bias dihindari. Dalam tempo 22
tahun terjadi 14 kali pergantian khalifah, yang umumnya melalui kudeta, dan
lima orang khalifah diantaranya naik tahta dua kali. Daulah muawiyah akhirnya
runtuh ketika Khalifah Hisyam III ibn Muhammad III yang bergelar al Mu’tadhi
(418-422/1027-1031) disingkirkan oleh sekelompok angkatan bersenjata.
C.
Masa Kejayaan dan Hasil Peradaban
Pada masa
Abdurrahman an-Nashir inilah Bani Umayyah II mencapai puncak kejayaan dan masih
dipertahankan di bawah kepemimpinan Hakam II al-Mustansir (961-976 M).[4]
Hasil peradabannya adalah:
1.
Perkembangan
Ilmu pengetahuan
Diantara cendekiawan yang muncul adalah Abu Bakar Muhammad ibn
al-Syigh (dikenal ibn Bajjah-sejarah filsafat), Abu Bakar ibn Thufail
(kedokteran, astronomi, filsafat), Abi al-Mutasya, Yahya ibn Yahya, Isa ibn
Dinar, Syaikh Abu Musa Hawari, Said ibn Hasan, Ibnu al-Ahmar (sejarawan), Ahmad
ibn Nasair (astronomi), ibnu Masarah (filusuf), Said dan Yahya ibn Isyak
(dokter). Selain membangun universitad Kordova, Abdurrahman al-Dakhil juga
merintis berdirinya Universitas Sevila dan Toledo. Universitas-universitas
tersebut menjadi sumber asli kebudayaan Arab, non-Arab, Islam, Kristen, dan
Yahudi selama berabad-abad.[5]
2.
Perkembangan
fisik (kebudayaan)
Ketika al-Dakhil berkuasa, Kordova menjadi ibukota negara. Ia
membangun kembali kota ini dan memperindahnya, serta membangun benteng di
sekeliling kota dan istananya. Supaya kota ini mendapat air bersih. Peninggalan
al-Dakhil yang hingga kini masih tegak berdiri adalah Masjid Jami Kordova. Akan
tetapi ketika Kordova jatuh ke tangan Fernando II, masjid ini dijadikan gereja
dengan nama Santa Maria, tetapi di kalangan masyarakat Spanyol lebih populer
dengan sebutan La Mezquita, berasal dari bahasa Arab al-Masjid.[6]
Pembangunan yang lain adalah pembangunan Jembatan sungai Gualdalquivir, Taman
Munyal al-Rusafa, gedung-gedung besar, masjid-masjid, air mancur,
jembatan-jembatan, istana-istana, dll.[7]
3.
Perkembangan
Seni, Budaya, Bahasa dan Sastra Arab
Amar ibn Ali Gaffar merupakan seorang penyair yang termasyhur di
masa itu. Selain itu, muncul juga Zaryab (Al Hasan ibn Nafi) sebagai
pemain musik yang terkenal juga.[8]
D.
Masa Kemunduran
Sejak tahun 976 M sudah terasa kemunduran dalam menerapkan sistem
kekhalifahan, dan puncak kebangkrutannya pada tahun 1013 M. Sekalipun memang
cukup misterius dalam meneliti penyebab kemundurannya, namun paling tidak
diantara gejala umum penyebab utamanya adalah:
1.
Adanya
keretakan antara kelas atas dan bawah di mana tidak adanya komunikasi politik
yang intensif. Antara pegawai istana, ulama dan penguasa ekonomi tidak
menunjukkan hubungan yang erat dengan masyarakat malah lebih mengutamakan dan
selalu bergantung pada pemerintahan. Kelas bawah petani, buruh di desa-desa
kurang memperoleh hak-hak sosial yang memadai.[9]
2.
Munculnya
kholifah-kholifah yang lemah
Setelah
Hakam II wafat daan di gantikan oleh
Hasyim II yang baru berusia 11 tahun. Dalam usia yang masih sangat muda ia
harus memikul tanggung jawab yang sangat besar. Karena tidak mampu menjalankan roda
pemerintahan kemudian dikendalikan oleh ibunya yang dibantu oleh Muhammad Ibn
Abi Umar (Hajib Al Mansur) yang ambisius dan haus kekuasaan. Sejak saat itu
kholifah hanya dijadikan sebagai boneka oleh Al-Mansur dan penggantinya. Ketika
Al-Mansur Wafat di ganti oleh anaknya Rahman, penguasa yang tidak punya
kecakapan, gemar ber foya-foya dan tidak disenangi rakyat sehingga negara
menjadi tidak stabil dan lambat lalun mengalami kemunduran.[10]
3.
Konflik
antara islam dan kristen
Setelah
menaklukkan Spanyol, penduduk Spanyol dibiarkan memeluk agamanya,
mempertahankan hukum dan tradisi mereka. Penguasa islam hanya mewajibkan mereka
membayar upeti, dan tidak memberontak. Kebijakan ini ternyata menjadi bumerang.
Penduduk spanyol menggalang kekuatan untuk menyerang penguasa islam. Pertentangan islam dan kristen tak
berhenti sampai setelah jatuhnya islam. Orang-orang Kristen selalu berasa bahwa
kedatangan umat Islam merupakan sebuah ancman. Setelah kekuasaan
Islam lemah, satu persatu kota-kota yang dikuasaai Islam jatuh ke tangan orang
Kristen.
4.
Munculnya
Muluk Ath-Thawaif
Munulnya
Muluk Ath-Thawaif (dinasti-dinasti kecil) secara politis telah menjadi
indikasai akan kemunduran islam di Sepanyol, karena dengan terpecahnya
kekuasaan kholifah menjadi dinasti-dinasti kecil. Kekuaranpun mencadi
terpecah-pecah dan lemah. Lemahnya kekuasaan islam secara politis telah dibaca
oleh orang-orang Kristen dan tak disia-siakan oleh pihak musuh untuk menyerang
imperium tersebut.[11]
5.
Kemerosotan
ekonomi
Di paruh kedua
masa islam Sepanyol, para penguasa mementingkan pembangunan fisik dengan
mendirikan bangunan-bangunan megah dan monumental. Demikian juga dibidang
iptek, pemerintah yang giat mengembangkan bidang ini sehingga di bidang ekonomi
kurang mendapat perhatian. Selain itu banyak anggaran negara yang terserap
untuk membiayai tentara bayaran demi keamanan negara.
BAB III
KESIMPULAN
A. Sejarah Berdiri
al-Dakhil
berhasil meletakkan sandi besar yang kokoh bagi tegaknya Daulah Bani Umayyah II
di Andalusia. Selama 32 tahun masa kekuasaannya ia mampu mengatasi berbagai
ancaman dari dalam negeri maupun serangan musuh dari luar. Karena
ketangguhannya itu ia dijuluki Rajawali Quraisy.
B. Masa Pemerintahan Bani Umayyah Spanyol
Diantara khalifah-khalifah Umayyah II
yang terkemuka diantaranya:
1.
Abdurrahman ad
Dakhil (755-788 M)
2.
Al Hakam bin Hisyam
(796-821 M)
3.
Abdurrahman ibnul
Hakam (821-852 M)
4. Muhammad bin Abdurrahman (852-886 M)
5. Abdullah bin Muhammad (889-912 M)
6. Abdurrahman bin Muhammad (912-961 M)
C. Masa Kejayaan dan Hasil Peradaban
1.
Perkembangan
Ilmu pengetahuan
2.
Perkembangan
fisik (kebudayaan)
3.
Perkembangan
Seni, Budaya, Bahasa dan Sastra Arab
D. Masa Kemunduran
1. Adanya keretakan antara kelas atas dan bawah di mana tidak adanya
komunikasi politik yang intensif.
2. Karena secara alamiyah wilayah Spanyol bergunung-gunung, dan secara
demografis sudah terbentuk berbagai komunitas politik kesukaan, upaya menyatukan
wilayah memang menjadi sangat sulit untuk dilakukan
3. Munculnya kholifah-kholifah yang lemah
4. Konflik antara islam dan kristen
5. Munculnya Muluk Ath-Thawaif
6. Kemerosotan ekonomi
7. perebutan kekuasaan antara elit penguasa maupun antar putra mahkota
[1]
Abdurrahman, Dudung, dkk. 2002. Sejarah Peradaban Islam: dari Masa Klasik
hingga Modern. Ed. Yogyakarta: Lesfi. Hlm 81
[2]
Khoiriyah. 2012. Reorientasi Wawasan Sejarah Islam dari Arab sebelum Islam
hingga Dinasti-dinasti Islam. Yogyakarta: Penerbit Teras. Hlm 121-122
[3]
Abdurrahman, Dudung, dkk. 2002. Sejarah Peradaban Islam: dari Masa Klasik
hingga Modern. Ed. Yogyakarta: Lesfi. Hlm 81
[4]
Abdurrahman, Dudung, dkk. 2002. Sejarah Peradaban Islam: dari Masa Klasik
hingga Modern. Ed. Yogyakarta: Lesfi. Hlm 81
[5]
Khoiriyah. 2012. Reorientasi Wawasan Sejarah Islam dari Arab sebelum Islam
hingga Dinasti-dinasti Islam. Yogyakarta: Penerbit Teras. Hlm 124
[6]
Abdurrahman, Dudung, dkk. 2002. Sejarah Peradaban Islam: dari Masa Klasik
hingga Modern. Ed. Yogyakarta: Lesfi. Hlm 84-85
[7]
Khoiriyah. 2012. Reorientasi Wawasan Sejarah Islam dari Arab sebelum Islam
hingga Dinasti-dinasti Islam. Yogyakarta: Penerbit Teras. Hlm 124
[8] Ibid.
[9]
Thohir, Ajid. 2004. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam.
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Hlm 79
[10] Supriyadi,
Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia. Hlm 124
[11] Ibid, hlm ???
7 komentar:
terimakasih :h: saya sangat terbantu oleh artikel yang anda buat
:h: nice, coba yang faktor kemunduran bisa dilengkapi
makasih ya buat artikelnya :h: membantu sekali :k:
Terima kasih ikut menyimak
terimakasih telah posting semoga allah meridhoi, ini aadalah akhir cerita khalifah bani umayyah.
makasih udah buat makalah kayak gini, setidaknya ini memudahkan aku dalam tugas kuliah :D
Terimaksih sangat membantu :)
Posting Komentar